Sabtu, 01 Agustus 2015

[Review] Dongeng Ketiga Belas


Penulis : Diane Setterfield
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Terbit : November - 2008
Halaman : 608
Dimensi(L x P) : 135x200mm
Kategori : Suspense
Segmen : Dewasa
Text : Bahasa Indonesia

SINOPSIS BUKU

'Ceritakan padaku yang sesungguhnya'.

Permintaan sederhana itu mengusik hati Vida Winter, novelis ternama yang penuh rahasia. Bukankah selama enam puluh tahun ini dia telah mengarang banyak dongeng, tapi tak pernah mengungkapkan kisahnya sendiri? Namun, menjelang ajal, masa lalu tak dapat dihindarinya lagi, berapa pun banyaknya dongeng yang telah ditenunnya.

Maka Vida Winter mengundang Margaret Lea, penulis biografi muda, yang memiliki rahasia sendiri tentang kelahirannya, yang telah dikubur dalam-dalam oleh orang-orang yang paling dia kasihi, dan menciptakan bayang-bayang kelam yang membuntuti tiap langkahnya.

Inilah kisah Vida dan keluarga Angelfield: Isabelle yang cantik dan keras kepala, si kembar Adeline dan Emmeline yang liar, rumah besar Angelfield yang tua dan nyaris ambruk, serta semua penghuninya, hidup atau mati.

Sementara Margaret tenggelam dalam dongeng Vida, rahasia kelam itu lambat laun tersingkap, dan saat kebenaran mengemuka, kedua wanita itu pun harus menghadapi hantu-hantu yang selama ini membayangi hidup mereka.


***

Manusia menghilang ketika mereka mati... Namun ada pengecualian pada beberapa orang tentang hal ini. Karena dalam buku-buku yang mereka tulis, mereka tetap hidup... Dengan mukjizat tinta di atas kertas, mereka tetap terjaga. Ini semacam keajaiban.--Hal. 35

Kutipan di atas adalah isi pikiran Margaret Lea yang begitu menyukai buku--bahkan seluruh hidupnya dihabiskan bersama buku-buku di toko buku milik sang ayah dan menjadikan dirinya seorang penulis biografi tokoh-tokoh berpengaruh yang menarik minatnya--yang tentu saja sudah mati karena Lea tak begitu suka menuliskan kisah hidup orang masih ada.

Cerita bermula kala Margareth Lea mendapatkan surat dari seorang pendongeng terkenal, Vida Winter. Ada tawaran untuk Lea, bahwa dia diminta menuliskan biografi Vida Winter. Awalnya enggan. Bahkan sebetulnya tidak mau namun karena kata-kata, "ceritakan padaku yang sesungguhnya" cukup membuatnya tergelitik. Ditambah dia yang tak pernah membaca karya Vida, lalu hendak mencoba malah menjadi begitu suka dengan karya Vida, membuat Lea akhirnya setuju datang ke rumah Vida.

"Kita kadang-kadang menjadi sangat terbiasa pada kengerian yang ada pada diri kita, dan lupa betapa ngerinya hal tersebut pada orang lain.--Hal. 90

Siapa Vida Winter yang sesungguhnya?

Di novel ini kita akan dibuat penasaran oleh kisah-kisah yang diceritakan sang wanita tua ini juga perjalanan Lea dalam misi menguak misteri yang tersembunyi rapat di rumah keluarga Angelfield, keluarga Vida Winter sebelum dirinya mengganti nama dan menutup diri pada dunia.

Meski alurnya lambat dan saya dibuat harus membaca cerita yang bahkan sebelum Vida lahir, tapi cukup membuat penasaran akan kisah-kisah keluarga Angelfield. Vida memulai dengan kisah George yang terpuruk karena kehilangan istrinya. Oleh sebab diabaikan, putra George menjadi sosok anak nakal yang membuat sebagian besar pembantu rumah keluar. Lalu ada Isabelle, sang putri yang menyebabkan ibunya meninggal saat melahirkan dia, memiliki sifat-sifat yang tak lazim tapi memikat karena kecantikan dan kecerdasannya bahkan mampu membuat George sang ayah begitu menyayanginya--sampai-sampai bunuh diri karena Isabelle kabur dan menikah--juga Charlie, kakaknya yang membuat lelaki ini menutup diri dari dunia luar--tak pernah mau keluar dari kamar dan menghilang tiba-tiba setelah tahu Isabelle telah meninggal--terakhir ditemukan mayatnya yang sudah busuk dengan pistol di tangan.

Kisah bergulir pada si kembar, Adeline dan Emmeline, putri dari Isabelle. Kedua gadis cilik ini sudah aneh sejak kecil. Begitu liar dan bahkan berani menculik seorang bayi di desa hanya karena ingin main dengan kereta bayinya--dan bayinya ditinggal begitu saja. Lalu ketidakmauan mereka memakai bahasa Inggris pada umumnya. Mereka seolah punya dunianya sendiri dan memakai bahasa yabg hanya dipahami oleh keduanya.

Semasa itu, banyak keganjilan yang terjadi. Perubahan drastis Adeline yang semula begitu kasar, kini bisa cooperative bahkan suka membaca dan ikut berkebun dengan John Digence si tukang kebun yang sama setianya dengan Missus. Lalu bertemunya Lea dengan Aurelius yang dipercaya Lea bayi yang berasal dari peristiwa kebakaran rumah Angelfield. Juga misteri siapa yang mencelakai John hingga membuatnya mati.

Misteri terkuak satu per satu bukan hanya lewat pengakuan Vida Winter namun juga karena Lea yang berusaha menyelidiki sendiri dengan meminta bantuan dari orang-orang yang terkait dengan keluarga Angelfield juga pengamatannya saat beberapa kali berada di rumah Angelfield yang sudah hampir rubuh.

Endingnya sungguh tak terduga. Banyak kata, "ternyata" yang muncul di kepala saya. Ternyata Vida Winter yang di awal mengaku sebagai Adeline rupaya tidak. Ternyata Emmeline yang tinggal di rumah Vida dengan wujud buruk karena luka bakarnya yang parah juga diragukan kalau dia Emmeline. Dan tulang belulang siapa yang ditemukan di ruang perpustakaan saat perobohan rumah dilakukan. Dan jawaban-jawaban tak dinyana lainnya.

Meski dituliskan dengan sudut pandang Lea, namun ssesungguhnya Lea lebih seperti si pencerita kisah orang lain, dalam hal ini kisah keluarga Angelfield. Yah, meski Lea memiliki kisahnya sendiri yakni dia ternyata adalah kembar--tapi saudaranya meninggal--yang menjadikan dia alasan kenapa dipilih Vida untuk menjadi penulis biografinya, tapi kisah Lea seolah hanya menjadi selipan saja.

Saya menyukai buku ini, oleh karena saya menyukai kisah misteri. Walaupun cover bukunya tak sesuai dengan isi. Bukan karena tidak bagus lho. Lihat saja, cover hitamnya dan gambar-gambarnya indah menurut saya dan justru covernya yang menarik saya untuk membeli tapi tampak sekali cover itu seperti buku anak-anak dan terasa fantasi padahal isinya jauh dari fantasi. Misteri yang terasa dark, suram bahkan tidak cocok untuk remaja. Tapi setiap diksi dan setting yang detail dan penggambaran karakternya yang kuatlah yang membuat saya suka. Maka saya beri bintang 4 dari 5 bintang untuk novel ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar