Kamis, 31 Desember 2015

[Review] CERMIN TAK PERNAH BERTERIAK

Penulis : Ida R. Yulia
Penerbit : Elex Media Komputindo
Terbit : Oktober 2015
Halaman : 292
ISBN : 978-602-02-6640-5
Sinopsis :
Mama pernah berpesan agar aku selalu menjaga Papa ketika Mama tak ada. Aku tak menyangka aku benar-benar harus melakukannya secepat ini. Dan, serumit ini.

Orang-orang menyangka Papa sosok kuat dan tegar sepeninggal Mama dan adikku. Aku yang ambruk ketika musibah itu terjadi dan Papa yang mengurus segalanya. Tapi, mereka tak tahu betapa rapuhnya Papa di rumah. Papa yang murah senyum pada semua orang berbalik pendiam di kamar, memandang kosong ke arah cermin milik Mama, dan sering berbicara sendiri. Papa yang menyukai gaun Mama, koleksi heels Mama, perhiasaan Mama, kerudung Mama, bahkan mencoba make up Mama. Papa mendadak suka crossdressing, memakai baju perempuan dan berdandan!

Kemudian, pria dari Madrid itu datang mendekati Papa. Seumur hhidup, baru kali ini aku merasa benar-benar akan gila menghadapi tingkah orang dewasa di hadapanku. Jika ada anak yang bisa tetap waras tinggal di rumah ini, akan kuserahkan tempatku pada mereka. Aku tak tahan lagi.

Mama, benarkah aku harus menjaga Papa? Lalu, siapa yang bisa menjagaku agar tak hilang akal menghadapi merrka berdua dan memerangi kesepianku sepeninggal Mama?

--Agasthya Ega Baskoro, 15 tahun, Jogja

***

Cermin itu mengetahui segalanya. Segala hal yang tak tampak di balik permukaannya yang tenang. Aku bodoh karena tertipu pantulan dari sana.
--hal. 13

Mengisahkan tentang Ega, siswa SMA yang polos dan ada sifat kekanakan juga sang ayah, Baskoro yang mengalami dilema sepeninggal istri dan anak perempuannya. Novel ini menarik, karena jarang ada yang berani mengangkat tentang LGBT, apalagi ini rate remaja. Soalnya sebelum ini, aku cuma nemu novel yang mengangkat LGBT itu novel dewasa minimal young adult. Di awali dengan peristiwa kecelakaan Alia dan putrinya tepat di hari ulang tahun Ega. Baskoro yang sedang bekerja tak bisa langsung ke rumah sakit. Makanya yang duluan ke sana adalah Ega dan dengan beraninya pemuda ini melihat jenazah keluarganya yang belum dibersihkan. Aku tak bisa membayangkan rasanya seperti apa. Wajar bila sejak itu Ega jadi trauma sampai tidak doyan makan dan susah tidur karena terbayang terus kondisi Mama dan adiknya.

Masalah sebenarnya muncul selang beberapa saat. Baskoro kembali dihubungi sosok dari masa lalunya yang sudah lama lost contact. Ada hubungan tak wajar di masa lalu Baskoro dengan Jonathan yang mati-matian dia sembunyikan dari siapapun.

Banyak flashback di sini, tentang masa lalu Baskoro dengan Jonathan. Makin dalam kubaca, makin aku merasa perasaan Baskoro kepada Alia itu bukan murni cinta tapi lebih ke kagum, terobsesi... ah, apa ya? Intinya Baskoro melihat Alia adalah wanita sempurna dan keinginan terdalamnya--mungkin--ingin seperti Alia. Lalu dengan Jonathan dia juga sayang tapi dia sadar bahwa ini adalah perasaan yang salah. Dan keterpurukan kehilangan Alia membuat Baskoro perlahan mulai menerima Jonathan kembali secara diam-diam tanpa sepengetahuan Ega. Tapi hubungan mereka tak segampang itu.

Dalam novel ini memakai 2 sudut pandang, pov. 3 dan pov. 1 milik Baskoro. Walaupun begitu, peran Ega dalam novel ini juga sama kuatnya dengan Baskoro. Pemuda ini mengalami banyak hal dan dia menyikapinya dengan wajar. Maksudnya terasa real gitu. Kan ada kutemui--banyak malah--usia sang tokoh masih remaja tapi karakternya dewasa yang berlebihan jadi tidak terasa wajar. Ega lain. Aku suka cara miss Ida menuliskan karakter Ega, yang ada sisi kekanakannya membuat gemas pembaca tapi dia juga memiliki sisi yang kuat dalam menyikapi masalah yang sedang dialami. Di novel ini walaupun pov. 1 nya Baskoro namun aku merasa karakter Egalah yang paling membekas saat aku tutup buku selesai baca. Masalahnya kenapa blurp nya pakai sudut pandang Ega sedangkan di dalam novelnya tidak ada sudut pandang dia.

Terakhir, amanat yang dapat diambil adalah ada hikmah dari segala peristiwa. Kadang apa yang diingin tidak melulu bisa didapat. Kehidupan selalu memiliki pilihan yang harus diambil. Seperti Baskoro, di masa lalu dia memilih bersama Alia, di masa kini dia juga harus memilih antara Ega atau Jonathan sosok yang lumayan bisa mengobati rasa kehilangannya atas Alia. Intinya hidup itu pilihan.

4 bintang dari 5 bintang. Meski bagian akhir-akhir alurnya terasa kecepetan dan terburu-buru tapi aku tetap bisa menikmati tiap lembar novel ini. Good job buat miss Ida.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar